Hubungan Morfologi Dan Motilitas Sperma Pada Pemeriksaan Analisa Sperma
Di Balai Laboratorium Kesehatan Dan Kalibrasi Dinas Kesehatan DIY
Nur Listyarini, S.ST
Latar Belakang
Setiap pasangan suami istri yang menikah tentu berkeinginan memiliki keturunan untuk menjaga keberlangsungan garis keturunanya. Kemampuan untuk mengandung atau menginduksi konsepsi merupakan definisi fertilitas. Sementara, kegagalan pasangan suami istri untuk menghasilkan kehamilan setelah menikah selama 12 bulan atau lebih dan telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepasi disebut dengan infertilitas atau ketidaksuburan (Neschlag et al,2010 ).
Untuk mengevaluasi status kesuburan pihak suami, salah satu metode yang digunakan adalah pemeriksaan analisis semen. Analisis semen memberikan informasi yang berguna terkait dengan status fertilitas seorang pria dan merupakan salah satu langkah yang digunakan dalam evaluasi faktor infertilitas pria.
Morfologi sperma adalah keseluruhan bentuk sperma yang telah dilakukan proses pengecatan dan bentuk normalnya didasarkan pada kriteria Kruger. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat bentuk sperma dan menentukan persentase bentuk abnormal dari kepala sampai ekor. Abnormalitas morfologi sperma berdasarkan dampaknya dibagi menjadi 2 yaitu mayor dan minor. Sedangkan waktu terjadinya dibedakan menjadi primer dan sekunder. Abnormalitas primer terjadi pada bagian kepala, bersifat genetic dan berdampak mayor terhadap fertilitas, sedangkan abnormalitas sekunder terjadi pada bagian ekor dan mudah terseleksi pada pengujian motilitas (Arifantini et al, 2010 ).
Gangguan motilitas dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya energi yang dihasilkan oleh mitokondria, terlalu banyak zat koagulasi dalam semen sehingga menghalangi gerakan spermatozoa,dan kerusakan struktur normal terutama pada ekor (flagel ) yang merupakan satu satunya alat gerak spermatozoa. Kerusakan pada ekor yang dimaksud dapat berupa kerusakan tingkat ultra struktur seperti kerusakan membran pembungkus ekor spermatozoa dan kerusakan aksonem ( Nilani,Eswaramohan dan Balasubramaniam, 2012)
Parameter pemeriksaan sperma morfologi dan motilitas sperma merupakan parameter yang memiliki peran penting dalam penilaian fertilitas pria. Fertilitas pria tergantung pada motilitas normal yang linear progresif dan morfologi yang normal.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya hubungan morfologi dan motilitas sperma , untuk mengetahui morfologi sperma, motilitas sperma, dan berapa besar pengaruh morfologi sperma terhadap motilitas sperma .
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional melalui pengambilan data rekapan medis. Tempat penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Obyek dalam penelitian ini adalah rekapan data hasil pemeriksaan analisa sperma yang diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi dalam kurun waktu 2 Januari 2022 sampai 30 Oktober 2022 sebanyak 135 data. Data selanjutnya disajikan secara deskriptif dan dianalisa dengan uji statistik korelasi Pearson’s product moment untuk mengetahui hubungan variabel tersebut.
Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara morfologi dengan motilitas sperma, dengan koefisien korelasi sebesar 0,416 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Morfologi sperma rata rata 53,07% dan motilitas sperma rata rata 16,62% . Pengaruh morfologi terhadap motilitas sperma adalah sebesar 17,3%. sedangkan 82,7 % dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang mempengaruhi motilitas sperma antara lain adalah liquifaksi sperma, aglutinasi sperma, dan waktu pemeriksaan.
Liquifaksi sperma merupakan kondisi sperma yang baru saja dikeluarkan selalu menunjukkan adanya gumpalan di antara lendir putih yang cair. Liquifaksi ini terjadi karena daya kerja enzim enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat, antara lain enzim seminim. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan mencair setelah 20 menit agar memungkinkan spermatozoa bergerak dengan leluasa. Jika liquifaksi melebihi waktu berarti terjadi gangguan pada kelenjar prostat dan defisiensi enzim seminim.
Aglutinasi sperma juga mempengaruhi motilitas sperma. Spermatozoa yang normal satu sama lain terpisah dan bergerak sesuai arahnya masing masing. Dalam keadaan tertentu spermatozoa abnormal bergerombol, berikatan satu sama lain, dan tidak bergerak, keadaan tersebut dinamakan aglutinasi. Aglutinasi dapat terjadi karena kelainan imunologis dimana sel telur menolak sel sperma.
Waktu memulai melakukan pemeriksaan sperma harus dicatat dan pemeriksaan sperma dilakukan sebelum 1 jam setelah sperma dikeluarkan karena jika terlalu lama akan mempengaruhi gerak sperma.
Kesimpulan
Ada hubungan yang signifikan antara morfologi dengan motilitas sperma pada pasien yang periksa analisa sperma di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi. Pengaruh morfologi terhadap motilitas sperma adalah kecil.